Senin, 27 Februari 2012

Amalan Yang Membuka Pintu Syurga

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan heran. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.
Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mau menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.
Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."
Sumber : Kisah Teladan

Berkorban Itu Indah



Telah dua bulan musim hujan berlalu sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau. Kelihatan seekor ulat di antara dedaun menghijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa khabar daun hijau," katanya.

Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang

"Oh, kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil, mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bolehkah engkau membantuku sahabat?" kata ulat kecil.

"Tentu.. tentu.. dekatlah kemari." Daun hijau berfikir, "Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya sahaja aku akan kelihatan berlubang-lubang. Tapi tak apalah."

"Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau.

Setelah makan dengan kenyang ulat berterimakasih kepada daun hijau yang telah merelakan bahagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlubang di sana-sini namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Moral:
Apa yang terlalu bererti di hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit sahaja bagi sesama? Nah... akhirnya semua yang ada akan "mati" bagi sesamanya yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesukaran. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak meminta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita, kita akan tetap hijau, Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi "daun hijau", berkorban merupakan sesuatu perkara yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya dapat tersenyum kerana pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya kerana menyedari bahawa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai "daun hijau". Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita. Hidup ini hanya sementara, kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Kita dapat berkorban dalam banyak perkara.
Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka,memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang dapat kita lakukan.

Yang mana yang sering kita lakukan? Menjadi ulat kecil yang menerima kebaikan orang atau menjadi "daun hijau" yang senang memberi.


Sumber : Kisah Tauladan 

Sholat Dhuha: Rezeki Melimpah, Halal dan Berkah (Bagian 2)


oleh Sholat Dhuha pada 19 Mei 2011 pukul 0:25 ·
Pada posting sebelumnya, Sholat Dhuha: Rezeki Melimpah, Halal dan Berkah (Bagian 1) telah dijelaskan akibat dari orang rezekinya melimpah namun digunakan untuk ingkar kepada Sang Pemberi Rezeki. Namun, lain persoalan apabila rezeki yang cukup atau berlimpah itu ia belanjakan dijalan Allah, maka Allah akan memberikan sekaligus melipat gandakan karunia berupa apa saja yang dikehendaki. Karena itu, hendaklah rezeki yang kita peroleh, walau tidak melimpah seperti air keran sebaiknya dibelanjakan dijalan Allah. Sebab Allah sudah menjanjikan akan mengganti dengan berlipat ganda.

Allah SWT berfirman: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.(QS.Al-Baqoroh 245).

Rezeki halal dan berkah dapat membawa manusia menuju ketentraman hati juga dapat mengantarkan kepada kemuliaan Tuhan. Maka dari sinilah arti pentingnya shalat dhuha ditengah-tengah kesibukan seseorang yang diiringi dengan istiqomah dalam menjalankan sholat dhuha akan berpengaruh bukan saja dapat memudahkan untuk memperoleh rezeki lebih dari itu juga dapat menyucikan rezeki. Artinya rezeki yang kita peroleh dapat terjaga kebersihannya bukan dari rezeki yang haram.

Karena pada prinsipnya, orang yang tengah merutinkan shalat dhuha ditengah-tengah kesibukannya mencari rezeki maka shalat itu dapat mengingatkan dirinya kepada Allah sekaligus dapat mengantarkan pada perisai keimanan. Karena shalat dhuha termasuk bagian dari shalat awwabin. Yakni shalanya orang-orang yang selalu kembali kepada Allah bertaubat dari segala dosa. Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak seorang pun yang senantiasa melaksanakan shalat sunnah dhuha kecuali dia termasuk awwabin (orang yang selalu kembali kepada Allah). Shalat sunnah dhuha adalah shalatnya orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah” (HR. Thabrani dari Abi Hurairah).

Jadi ketika sehari penuh kita berperang melawan hawa nafsu dan ambisi yang selalu memekik pikiran dan perasaan kita, maka ketika itu juga kita teringat kepada Allah. Sehingga upaya yang dilakukan dalam pekerjaan selalu mendapat jalan yang diridhoi oleh Allah. Inilah perang besar yakni perang melawan hawa nafsu yang akan dimenagkan jika seseorang telah melaksanakanshalat dalam hal ini adalah sholat dhuha.

Sebab dalam sebuah riwayat menegaskan bahwa sholat dhuha pahalanya tidak kalah dengan perang yang memanggul senjata. Demikianlah kiranya arti penting melakukan sholat dhuha yang dilakukan secara istiqomah. Harapannya dengan bekerja secara baik dan diimbangi dengan sholat dhuha. Keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan ruhani, keseimbangan antara kebutuhan yang bersifat materi dan spiritual. Karena itu jika diri sudah sanggup menata kleseimbangan tersebut, semoga kita dapat menikmati rezeki yang melimpah, halal dan berkah. Aamiin…
 
Sumber : Sholat Dhuha

Sholat Dhuha: Rezeki Melimpah, Halal dan Berkah (Bagian 1)

Rezeki melimpah, halal dan berkah merupakan dambaan setiap orang. Apalagi disertai dengan kedudukan yang mulia dan ilmu yang bermanfaat maka sudah tentu merupakan harapan bagi setiap insan. Namun, untuk mencapai kenyataan ini tampaknya tidak mudah karena terkadang terlihat rezeki melimpah ruah, tetapi belum tentu halal derajat dan ilmu bermanfaat, tetapi rezeki hanya pas-pasan atau bahkan kedudukan tinggi, tetapi belum tentu mulia.

Inilah kenyataan yang kerap terjadi didalam belantara kehidupan. Karena itu ternyata uang yang melimpah kehormatan dan kedudukan bukanlah sesuatu yang dapat mengantarkan kepada keberkahan hidup yang sejati. Allah SWT berfirman:
“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS. Thaha 20 : 124).

Oleh karena itu untuk mengambil hikmah dari kenyataan diatas, hendaknya kita labih memilih rezeki yang halal dan berkah. Karena dengan rezeki yang berkah maka sudah tentu rezeki itu akan bisa bermanfaat bagi diri kita dan bagi orang lain. Sebaliknya, ketika rezeki banyak namun tidak berkah maka hal itu akan membawa diri pada titik kehinaan.

Buktinya banyak para konglomerat, pejabat berduit dan cukong-cukong, hartawan berakhir tragis dan tidak terhormat dalam kehidupannya. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa dengan rezeki yang melimpah tidak menjamin bahwa kehidupan mendapatkan keberkahan dari Allah juga kelimpahan rezeki tidak menjamin jika hidupnya harmonis bahagia atau bahkan membawa ketenangan hatinya Allah SWT berfirman: “Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat. (QS. Asy-Syura 42 : 27).

Jika kadang memang demikian, mereka yang diberi kelimpahan rezeki ternyata mereka gunakan untuk ingkar kepada Allah. Ia belanjakan rezeki itu dijalan sesat yang berlumuran dosa, ia gunakan kelimpahan rezeki itu sekedar bersenang-senag didunia seperti mabuk-mabukan, main perempuan, berjudi dan sebagainya. Sayang sungguh sayang. Rezeki yang melimpah itu hanya ia manfaatkan untuk menemani setan yang terlaknat dan sayang sungguh sayang rezeki yang melimpah itu ia gunakan untuk mencari tempat di neraka.

Bukankan ini merupakan kebodohan yang sungguh mencolok dan lebih dungunya lagi ia tidak menyadari bahwa perilakunya itu mencelakakannya, bahkan ia tertawa seperti halnya setan yang sudah berhasil menjebaknya. Bukankah Allah sudah memperingatkan, agar memakan rezeki itu dengan sebaik-baiknya dan jangan mengikuti setan, sungguh setan adalah musuh yang nyata, kenapa justru mengikutinya ?

Allah SWT berfirman: “Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.(QS. Al-An’am 6 : 142).

Sumber : Sholat Dhuha

Senin, 20 Februari 2012

Menjadi Kaya Dengan Sedekah

Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan.
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of Giving, Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri. Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.  Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya lakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
  6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!

Sumber : Salsabeela

Manfaat Sedekah

Sedekah bukanlah amalan biasa. Sedekah punya banyak manfaat dan keajaiban yang bisa membuat otak kiri manusia tercengang. Bagi kita mungkin 1+1 = 2, namun pada konsep sedekah 1+1 = 10. Inilah keajaiban-keajaiban yang diberikan Allah SWT terhadap hamba Nya yang mau melakukan amalan mulia ini.
Kenapa ibadah sedekah memiliki keajaiban di luar perkiraan otak kiri manusia? Kenapa juga orang yang rajin bersedekah justru menjadi kaya? Padahal secara hitung-hitungan matematis, seseorang yang bersedekah terkesan seperti memberikan harta secara cuma-cuma kepada orang lain tanpa ada jaminan kembali.
Ingat, bahwa ibadah sedekah tak hanya melibatkan dua pihak, yakni si pelaku sedekah dan Allah. Ibadah sedekah melibatkan tiga pihak yakni si pelaku, objek penerima dan Allah. Oleh sebab itu banyak manfaat yang bisa didapat dari bersedekah antara lain :
1. Melipatgandakan Rezeki seseorang
Ada satu rumus penting yang bisa diingat,”kalau tidak punya uang maka bersedekahlah”. Coba anda lakukan rumus ini dan selebihnya percayakan pada kekuasaan Allah.
2. Susah Cari Kerja? Sedekahlah
Pekerjaan adalah salah satu rezeki yang diberikan Allah kepada manusia. Jika anda menginginkan pekerjaan yang dikehendaki, perbanyaklah melakukan sedekah dan berdoalah atas sedekah anda itu terhadap hajat yang anda inginkan. Lakukan terus-menerus dan jangan berburuk sangka terhadap Allah. Niscaya Allah akan mengabulkan apa yang menjadi doa anda.
3. Sulit Punya Keturunan
Ada banyak cerita mengenai manfaat sedekah beberapa diantaranya adalah pasangan suami istri yang sulit mempunyai keturunan namun setelah mereka melakukan sedekah secara rutin dan selalu berbaik sangka terhadap Allah maka mempunyai keturunan yang menjadi doa mereka bukan hal yang mustahil dan sulit lagi.
Apakah sedekah harus menunggu ikhlas? Percayalah jika ini yang kita lakukan, maka kita jarang sekali bersedekah. Keikhlasan juga perlu dilatih. Meskipun kita melakukan sedekah tanpa diiringi rasa ikhlas, orang yang menerima sedekah dari kita tidak merasakannya. Yang ia rasakan adalah seberapa besar jumlah yang kita sedekahkan. Urusan ikhlas adalah urusan kita dengan Allah. Sementara pihak penerima lebih kepada seberapa besar jumlah dan nilai dari sedekah yang kita berikan.

Sumber : istana sedekah

Kisah Nyata Sedekah

Backlink gaib (baca: sedekah) Rp.500 ribu dapat balasan Rp.50 juta

backlink gaibBismillah, ini adalah pengalaman pribadi penulis yang terjadi sekitar 4 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Mei 2007. Saya menulis testimoni backlink gaib ini tidak ada maksud riya’ atau takabur sama sekali (semoga Allah menjauhkan saya dari sifat-sifat tersebut), saya berharap dengan menulis pengalaman pribadi saya diblog ini bisa menjadi motivasi, terutama untuk saya sendiri supaya lebih sering lagi mengeluarkan backlink gaib (sedekah). Dan kalau nantinya tulisan ini bisa dijadikan pelajaran dan diambil khikmahnya oleh para pembaca sekalian, itu merupakan anugerah Allah semata.
Tidak perlu berpanjang lebar, langsung saja saya mulai ceritanya. Saya memiliki usaha percetakan yang saya rintis dari tahun 2005. Pada mulanya usaha saya berjalan biasa-biasa saja, order tidak terlalu ramai juga tidak sepi. Usaha tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di tahun 2006 saya bertemu seorang bapak yang usianya kurang lebih 40an tahun yang akhirnya menjadi pelanggan tetap di tempat usaha saya tersebut, hubungan kami makin lama semakin baik hingga saat ini. Pada saat itu beliau aktif di kegiatan Wisatahatinya Ustad Yusuf Mansur. Lewat beliaulah saya akhirnya sering mendengarkan ceramah-ceramahnya ustad Yusuf Mansur. Dalam setiap ceramahnya Ustad Yusuf Mansur selalu menyampaikan pentingnya sedekah. Kata Beliau, Sedekah itu bisa menyelesaikan berbagai macam persoalan hidup. Masalah apapun yang kita alami di dunia ini, bisa kita selesaikan dengan sedekah ( backlink gaib ), Ust. Yusuf Mansur selalu menyampaikan seperti itu. Dari kebiasaan mendengarkan ceramah beliau akhirnya sedikit demi sedikit saya membiasakan diri bersedekah.

Backlink gaib : Keajaiban sedekah sungguh nyata!

Di bulan Mei tahun 2007, pada suatu malam, habis isya’ ada serombongan orang yang datang kerumah saya. Setelah berbincang-bincang saya baru tahu kalau mereka adalah pengurus takmir masjid di komplek perumahan sebelah yang saat itu menjadi panitia pengajian di masjid tersebut . Kedatangan mereka bermaksud untuk mencetak brosur/selebaran karena takmir masjid tersebut mengadakan acara pengajian yang saat itu mengundang Ust. Jefri (Uje). Tanpa pikir panjang saya menawarkan diri untuk membuatkan brosur tersebut secara gratis, dengan syarat di bagian pojok brosur dicantumkan nomor telepon dan nama percetakan saya. Mereka setuju, jadilah saya salah satu sponsor yang mendukung acara itu. padahal pada saat itu usaha saya sepi dan saat itu saya tidak memegang uang sama sekali, tinggal uang diATM kurang lebih Rp.500.000,-. Dua hari kemudian, brosur saya serahkan ke panitia.
Besoknya, pagi sekitar jam delapan saya dapat telepon dari sebuah rumah sakit swasta yang baru buka. Dari rumah sakit tersebut saya mendapat order cetak brosuk sebanyak 10 rim dengan nilai order Rp.3.750.000,- Alhamdulillah, batin saya. Dua – tiga hari kemudian pihak rumah sakit memanggil saya kembali, kali ini ordernya macam-macam, ada brosur lagi, neon box, rak tv, papan nama, dan blangko-blangko cetakan lain yang dalam waktu kurang lebih satu bulan nilai order tersebut mencapai Rp.50 juta lebih. Sampai saat ini rumah sakit tersebut masih setia menjadi pelanggan saya, saya yakin tanpa backlink gaib kejadian semacam ini tidak akan pernah terjadi. Tanpa surat penawaran, bukan kerabat bukan saudara dan sebelumnya tidak kenal dan tidak ada hubungan sama sekali. Tiba-tiba ngasih order bertubi-tubi, dan anda tahu siapa yang menelepon dan memberikan order? anak pemilik rumah sakit tersebut. Padahal saat itu backlink gaibnya masih setengah-setengah lho, belum ikhlas 100%. Karena saya masih nunut pasang iklan di brosur tersebut. :) Itupun bisa dapat balasan yang luar biasa dalam waktu singkat.
Dengan sepenggal kisah ini semoga saya bisa selalu istiqomah bisa mendawamkan backlink gaib, dalam keadaan susah maupun senang. Dan bagi yang membaca semoga bisa mengambil khikmahnya dan dapat dijadikan pelajaran bahwa backlink gaib (baca: sedekah) memang benar-benar dahsyat balasannya.

Sumber : backlink gaib